Kamis, 25 April 2013

tipe-tipe kepemimpinan pendidikan


MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN
TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
UNS
 




Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Profesi Kependidikan
Dosen Pengampu : Drs. Edy Wiyono, M.Pd

Disusun Oleh :
1.      Ahmad Hidayat Fauzi                        K2311002
2.      Akbar Rokhim M                    K2311003
3.      Bariqul Amalia N                    K2311011
4.      Christina Ria E                        K2311014
5.      Dina Nur Adilah                     K2311019
6.      Inge Banowati                                    K2311036
7.      Lia Aristiyaningsih                  K2311042
8.      Naila Hilmiyana S                   K2311054
9.      Suci Novira Aditiani               K2311074      
KELAS A
PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU  PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang
Kepemimpinan merupakan bagian penting dari manajemen yaitu merencanakan dan mengorganisasi, tetapi peran utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan bukti bahwa pemimpin boleh jadi manajer yang lemah apabila perencanaannya jelek yang menyebabkan kelompok berjalan ke arah yang salah. Akibatnya walaupun dapat menggerakkan tim kerja, namun mereka tidak berjalan kearah pencapaian tujuan organisasi. Guna menyikapi tantangan globalisasi yang ditandai dengan adanya kompetisi global yang sangat ketat dan tajam.
Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Untuk membantu para kepala sekolah di dalam mengorganisasikan sekolah secara tepat, diperlukan adanya satu esensi pemikiran yang teoretis, seperti kepala sekolah harus bisa memahami teori organisasi formal yang bermanfaat untuk menggambarkan kerja sama antara struktur dan hasil sekolah. Oleh sebab itu dikatakan bahwa” keberhasilan sekolah adalah sekolah yang memiliki pemimpin yang berhasil..
Masalah kepemimpinan pendidikan saat ini menunjukan kompleksitas,baik dari segi komponen manajemen pendidikan, maupun lingkungan yang mempengaruhi keberlangungan suatu pendidikan. Persoalan yang muncul bisa sepontan, bisa berulang-ulang, makanya diperlukan interaksi yang kreatif dan dinamis antar kepala sekolah , guru dan siswa.
Keberhasilan pendidikan di sekolah juga sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga.

B. Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian kepemimpinan pendidikan?
2.    Bagaimana tipe-tipe kepemimpinan pendidikan?
3.    Apa faktor-faktor yang mempengaruhi pemimpin pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1.    Mengetahui arti kepemimpinan
2.    Mengetahui tipe-tipe kepemimpinan pendidikan
3.    Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemimpin pendidikan













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kepemimpinan
Sebelum kita menjelaskan secara komprehensif mengenai macam-macam tipe atau gaya kepemimpinan dalam pendidikan, sudah seharusnya kita mengetahui pengertian dari kepemimpinan itu sendiri. Agar nantinya memudahkan kita dalam memahami berbagai tipe kepemimpinan, maka dari itu pada bagian awal kita jelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian dan hakikat kepemimpinan.
Davis (1977) mengartikan, kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mengajak orang lain untuk mencapai tujuan yang sudah ditetukan dengan penuh semangat. Selanjutnya kepemimpinan menurut E. Mulyasa (2003) adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan untuk pencapaian tujuan bersama atau organisasi. Menurut Mardjin Syam (1966), kepemimpinan adalah proses pemberian jalan yang mudah (fasilitas) dari pada pekerjaan orang lain yang terorganisir dalam organisasi formal guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Carter V. Good memberikan pengertian yang lebih luas tentang apa sebenarnya hakikat kepemimpinan itu dalam dua batasan yang menurutnya, kepemimpinan tidak lain daripada kesiapan mental yang terwujudkan dalam bentuk kemampuan seseorang untuk memberikan bimbingan, mengarahkan dan mengatur serta menguasai orang lain agar mereka berbuat sesuatu, kesiapan dan kemampuan kepada pemimpin tersebut untuk memainkan peranan sebagai juru tafsir atau pembagi penjelasan tentang kepentingan, minat, kemauan cita-cita atau tujuan-tujuan yang diinginkan untuk dicapai oleh sekelompok individu.
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengarahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Tiap-tiap orang yang merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin di dalam lapangan pendidikan dapat disebut pemimpin pendidikan, misalnya orang tua di rumah, guru disekolah, kepala sekolah di sekolah maupun pengawas pendidikan di kantor pembinaan pendidikan dan di daerah pelayanannya. Kepemimpinan sangatlah dibutuhkan dalam pembinaan pendidikan.
Secara umum kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut:
  1. Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi mendorong, mengajak, menuntun, menggerakan dan kalau perlu memaksa orang lain agar ia menerima pengaruh itu dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian sesuatu maksud atau tujuan-tujuan tertentu.
  2. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan bersama. Pengertian pendidikan itu bersifat universal, berlaku dan terdapat pada kepemimpinan diberbagai bidang kegiatan atau hidup manusia.
Dalam satu situasi kepemimpinan terlihat adanya unsur: orang-orang yang dapat mempengaruhi orang lain disatu pihak, orang-orang yang mendapat pengaruh dilain pihak, adanya tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai dan adanya serangkaian tindakan untuk mempengaruhi dan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, karena apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
Setelah dipahami pengertian pokok tentang kepemimpinan, maka dapat dipersempit bahwa kepemimpinan yang dimiliki oleh mereka dalam lapangan pendidikan.
Kata “ pendidikan” menunjukkan arti yang dapat dilihat dari dua segi yaitu: pendidikan sebagai usaha atau proses mendidik dan mengajar seperti yang dikenal sehari-hari. Pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang membahas berbagai masalah tentang hakekat dan kegiatan mendidik dan mengajar dari zaman ke zaman dan mengajar dengan segala cabang-cabangnya yang telah berkembang begitu luas dan mendalam. 
Oleh karena itu kepemimpinan pendidikan berperan pada usaha-usaha yang berhubungan dengan kegiatan atau proses mendidik dan mengajar disatu pihak, dan pada pihak lain yang berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan pendidikan sebagai satu ilmu dengan segala cabang-cabangnya.
Dengan demikian, hakekat kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan.
Di sini nampak bahwa unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam kepemimpinan pendidikan adalah (1) Pengikut, (2) Tujuan, dan (3) Kegiatan mempengaruhi. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang anggotanya dapat merasakan bahwa kebutuhan mereka terpenuhi, baik kebutuhan bekerja, motivasi, rekreasi, kesehatan, sandang, pangan, papan, tempat tinggal, maupun kebutuhan lainnya yang pantas didapatkannya.
Peran pemimpin dalam lembaga pendidikan sebagai figur sangat diperlukan dalam mengambil kebijakan dan keputusan sehingga berbagai persoalan dapat diatasi dalam keadaan yang paling rumit pun. Hal-hal penting yang perlu dicatat mengenai komponen kepemimpinan pendidikan adalah :
1).    Proses rangkaian tindakan dalam sistem pendidikan
2).    Mempengaruhi dan memberi teladan
3).    Memberi perintah dengan cara persuasif dan manusiawi, tetapi tetap menjunjung tinggi disiplin dan aturan yang dipedomani
4).    Pengikut mematuhi perintah sesuai kewenangan dan tanggung jawab masing-masing;
5).    Menggunakan authority dan power dalam batas yang dibenarkan
Menggerakkan atau mengerahkan semua personel dalam institusi guna menyelesaikan tugas sehingga tercapai tujuan, meningkatkan hubungan kerja diantara personel, membina kerjasama, menggerakkan sumber daya organisasi dan memberi motivasi kerja.
Dari titik tolak itu dapatlah disimpulkan pengertian “ kepemimpinan pendidikan” adalah sebagai satu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir dan menggerakan orang-orang lain yang ada hubungan dengan pengembanga ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif dan efisien di dalam pencapaian tujuan-tujuan  pendidikan.

B.     Tipe Kepemimpinan dalam Pendidikan
Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan lembaga tersebut. Tipe kepemimpinan akan identik dengan gaya kepemimpinan seseorang melaksanakan suatu kepemimpinan. Berbagai gaya atau tipe kepemimpinan banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari–hari, termasuk di sekolah. Walaupun pemimpin pendidikan khususnya sekolah atau madrasah formal adalah pemimpin yang diangkat secara langsung baik oleh pemerintah maupun yayasan, atau melalui pemilihan.
Ada lima tipe atau gaya kepemiminan menurut Sondang P. Siagan, yaitu:
  1. Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis:
a.       Menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi
b.      Mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
c.       Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata
d.      Tidak mau menerima pendapat, saran, dan kritik dari anggotanya
e.       Terlalu bergantung pada kekuasaan formalnya
f.       Caranya menggerakkan bawahan dengan pendekatan paksaan dan bersifat mencari kesalahan/menghukum
  1. Militeristis
Seorang pemimpin yang militeristis memiliki sifat-sifat:
a.       Dalam menggerakkan bawahannya sering menggunakan cara perintah
b.      Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung pada apangkat/jabatannya
c.       Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan.
d.      Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku pada bawahan
e.       Sukar memerima kritikan atau saran dari bawahannya
f.       Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
  1. Paternalistis
Seorang pemimpin yang paternalistis:
a.       Menganggap bawahan sebagai manusia yang tidak dewasa
b.      Bersifat terlalu melindungi (overprotective)
c.       Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan
d.      Hampir tidak pernah memberi kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif sendiri
e.       Jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan kreasi dan fantasinya
f.       Sering bersikap manatahu
  1. Karismatis
Ciri-ciri seorang pemimpin yang karismatis:
a.       Mempunyai daya tairk yang sangat besar, karena itu umumnya mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya
b.      Pengikutnya tidak dapat menjelaskan, mengapa mereka tertarik mengikuti dan menaati pemimpin itu
c.       Dia seolah-olah memiliki kekuatan gaib (supernatural power)
d.      Karisma yang dimilikinya tidak bergantung pada umur, kekayaan, kesehatan atau apapun ketampanan sipemimpin.
Contoh: mahatma Gandhi bukanlah seorang yang kaya, dan bukan pula seorang yang gagah atau tampan.
  1. Demokratis
Pemimpin yang demokratis memiliki sifat-sifat:
a.       Dalam menggerakkan bawahan berttitik tolak dari oendapat bahwa manusia itu makhluk yang termulia di dunia
b.      Selalu berusaha untuk menyinkronkan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dari tujuan pribadi bawahan
c.       Mengutamkan kerja sama dalam mencapai tujuan
d.      Memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan, dan membimbingnya
e.        Megusahakan agar bawahan dapat lebih suskses dari pada dirinya
f.       Selalu mwngwmbangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Tipe demokratis merupakan tipe kepemimpinan yang paling ideal, dan dianggap paling baik terutama untuk kepemimpinan dalam pendidikan.

Tipe kepemimpinan pendidikan yang secara luas dikenal dan diakui keberadaanya adalah :
  1. Tipe Otoriter (the autocratic style of leadership)
Pada tipe kepemimpinan yang otoriter, semua kebijaksanaan atau “policy” dasar ditetapkan oleh pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada bawahannya. Semua perintah, pemberian dan pembagian tugas dilakukan tanpa mengadakan konsultasi sebelumnya dengan orang-orang yang dipimpinnya. Para anggota staf harus menerima policy dan tugas tanpa ada kebebasan untuk menimbang baik buruknya akibat-akibat positif negatifnya yang mungkin timbul padanya.
Pemimpin berusaha membatasi hubungan dengan anggotanya hanya dalam keadaan formal. Pemimpin tidak pernah menginginkan hubungan yang bersifat keakraban, keintiman dalam suasana ramah tamah.
Dalam memberikan penilaian atas prestasi dan cara-cara kerja bawahannya yang berupa kritik atau pujian, maka yang dipakainya adalah standard berdasarkan kriteria pribadinya sendiri.
Kebalikan dari sikap kebawahan, kalau berhubungan dengan pihak atasannya ia menjilat, mencari muka, mencari nama baik sendiri dan bila perlu menjelekkan atau mengorbankan anak buahnya. Salah satu contoh dari kepemimpinan dalam tipe ini adalah kepala-kepala sekolah yang kurang mau mendengarkan atau mengindahkan pendapat-pendapat, ide-ide, saran-saran dan usul-usul yang konstruktif-kreatif dari guru-guru atau staf sekolah yang dipimpinnya.
Seorang pemimpin yang tergolong otoriter memiliki serangkaian karakteristik yang biasanya dipandang sebagai karakteristik yang negatif. Dengan istilah lain pemimpin tipe otoriter adalah seorang yang egois. Dengan egoismenya pemimpin otoriter melihat peranannya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasional. Seorang pemimpin yang otoriter ialah seorng pemimpin yang :
1).    menganggap organisasi sebagai milik peribadi
2).    mengindentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
3).    menganggap bawahan sebagai alat semata-mata
4).    tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat
5).    tergantung pada kekuasaan formilnya
6).    dalam tindakan pengerakannya sering mempergunakan approach mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum;
Pemimpin bertindak sebagai diktator, pemimpin adalah pengerak dan penguasa kelompok. Kewajiban bawahan atau anggota - anggotanya hanyalah mengikuti dan menjalankan, tidak boleh membatah ataupun mengajukan saran.
Kelemahan
1.      Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah
2.      Setiap perbedaan diantara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah diberikan.
3.      Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
4.      Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya
5.      Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang – orang yang dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang – orang tersebut diancam dengan hukuman, dipecat, dsb. Sebaliknya, orang – orang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan.
6.      Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung
Kelebihan
1.      Keputusan dapat diambil secara cepat
2.      Mudah dilakukan pengawasan
  1. Tipe laissez faire (laissez-fair of leadership)
Laissez faire (kendali bebas) merupakan kebalikan dari pemimpin otoriter. Jika pemimpin otoriter selalu mendominasi organisasi maka pemimpin laissez faire ini memberi kekuasaan sepenuhnya kepada anggota atau bawahan. Bawahan dapat mengembangkan sarannya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri dan pengarahan tidak ada atau hanya sedikit.
Adapun sifat kepemimpinan laissez faire seolah-olah tidak tampak, sebab pada tipe ini seorang pemimpin memberikan kebebasan penuh kepada para anggotanya dalam melaksanakan tugasnya. Disini seorang pemimpin mempunyai kenyakinan bahwa dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya bterhadap bawahan maka semua usahanya akan cepat berhasil.
 Pemimpin yang seperti ini menafsirkan demokrasi dalam arti keliru, karena demokrasi seolah–olah diartikan sebagai kebebasan bagi setiap anggota untuk mengemukakan dan mempertahankan pendapat dan kebijakannya masing-masing.
Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan Gaya Laissez Faire semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan karena pengaruh dari pemimpinnya.
Dalam tipe kepemimpinan ini, pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada setiap anggota staf didalam tata prosedur dan apa yang akan dikerjakan untuk pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka. Pendek kata garis-garis kebijaksanaan dan keputusan-keputusan tentang metode, program kerja dalam penetepannya menjadi hak sepenuhnya daripada anggota kelompok atau staf lembaga pendidikan itu.
Semua hal berlangsung tanpa dorongan dan bimbingan yang metodis dan kontinyu daripada si pemimpin. Pemimpin seolah-olah berasa di luar kelompok tanpa mau ikut serta, tanpa mau mencampuri, karena ia berpendapat bahwa masalah-masalah itu adalah hak sepenuhnya daripada anggota staf kerjanya.
Pemimpin mau turun tangan bilamana diminta oleh anggota staf. Apabila mereka meminta pendapat atau petunjuk pemimpin mengenai hal-hal yang bersifat teknis, maka barullah ia mengemukakan pendapat-pendapatnya. Tetapi apa yang dikatakannya sama sekali tidak mengikat anggota. Mereka boleh menerima atau menolak sepenuhnya.
Dalam memberikan penilaian terhadap prestasi atau pelaksanaan program secara umum jarang atau bahkan tidak sama sekali diberikan, kecuali jika anggota memintanya. Ia berpendapat bahwa tugas pokoknya sebagai pemimpin adalah menjaga dan menjamin kebebasan itu dan selanjutnya menyediakan kebutuhan dan fasilitas materiil yang diperlukan anggota staf bagi kelancaran kerja individu-individu anggota kelompok kerja itu.
Beberapa sebab timbulnya ‘’laissez faire’’ dalam kepemimpinan pendidikan Indonesia antara lain:
a.       Karena kurangnya semangat dan kegairahan kerja si pemimpin sebagai penanggung jawab utama dari pada sukses tidaknya kegiatan suatu lembaga.
b.      Karena kurangnya kemampuan dan kecakapan di pimpinan itu sendiri. Apalagi jika ada bawahannya yang lebih cakap, lebih pandai, lebih berbakat  memimpin dari pada dirinya, sehingga si pemimpin cenderung memilih alternative yang paling aman bagi dirinya dan prestise jabatan menurut anggapannya, yaitu dengan memberikan kebebasan seluas luasnya kepada setiap anggota staf, kepada kelompok sebagai satu kesatuan.
c.       Masalah sulitnya komunikasi, misalnya karena letak sekolah yang sangat terpencil jauh dari kantor, terpaksa bertindak mencari jalan dan cara cara sendiri, sehinga system pendidikan atau tata kerjanya mungkin sangat menyimpang atau sangat terkebelakang jika dibandingkan dengan sekolah sekolah yang banyak mendapat bimbingan dari petugas petugas Teknis Kantor Departemen P dan K.
Kelemahan
1)    Pemimpin sama sekali tidak memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya.
2)    Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau saran – saran dari pemimpin. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan – kekacauan dan bentrokan – bentrokan.
3)    Tingkat keberhasilan anggota dan kelompok semata – mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin.
4)    Struktur organisasinya tidak jelas atau kabur, segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan.
Kelebihan
1)    Keputusan berdasarkan keputusan anggota
2)    Tidak ada dominasi dari pemimpin.
  1. Tipe Demokratis ( democratic style of leadership)
Tipe demokratis berlandaskan pada pemikiran bahwa aktifitas dalam organisasi akan dapat berjalan lancear dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan apabila berbagai masalah yang timbul diputuskan bersama antara pejabat yang memimpin maupun para pejabat yang dipimpin.
Seorang pemimpin yang demokratis menyadari bahwa organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga mengambarkan secara jelas beragam tugas dan kegiatan yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan organisasi.
Kepemimpinan demokrasi selalu menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompoknya. Berhasil tidaknya suatu pekerjaan bersama terletak pada kelompok dan pimpinan.
Tipe ini sangat kontras dari pada kedua tipe yang diatas, tipe ini mengambil manfaat dari peranan aktif dan menentukan dari pada si pemimpin yang menonjolkan di dalam tipe otoriter dan menarik faedah sebesar-besarnya dari partisipasi aktif serta kebebasan anggota staf yang sangat berlebih-lebihan pada tipe laissez fair. Dalam suasana kerja kepemimpinan yang demokratis sebagian besar atau hampir seluruh’’ policy’’ dan keputusan-keputusan penting berasal dari dan disesuaikan dengan tuntutan-tuntutan situasa kelompok, dimana pemimipin bersama-sama anggota kelompok ambil bagian secara aktif di dalam perumusan dan penetapan policy umum, keputusan-keputusan penting dan program lembaga kerja itu.
Anggota-anggota staf dengan bantuan dana bersama-sama dengan pimpinan merundingkan program kerja dan pembagian tugas masing-masing sesuai dengan minat dan kemampuan. Kepada setiap anggota juga di berikan kebebasan yang cukup untuk memilih teman bekerja dalam menyelesaikan usatu proyek atau untuk tugas tertentu. Pimpinan juga ikut serta menjadi pelaksana program yang telah mereka putuskan bersama sesuai dengan pembagian tugas-tugas yang di peruntukan baginya berdasarkan hasil-hasil permupakatan yang mereka telllah setujui bersama. Pemimpin sejauh mungkin menghindari dirinya dari terjerumus kepada ambisi popularitas pribadi.
Kekuasan daan tanggung jawab didelegasikan dan di pencarkan/dibagikan kepada setiap anggota staf yang cukup cakap dan mampu mengemban’’delegetion and sharing of authoriay’’ itu. Ia percaya terus individu teman sekerjanya dapat pula berbuat sesuatu dengan yang yang maksimal, asalkan situasi yang ada itu memungkinkan mereka untuk berbuat dan membina karirnya masing-masing. Dalam memberikan penilain kritik atau pujian ia berusaha memberikannya atas dasar kenyataan yang seobyektif  mungkin. Ia berpedoman pada kriteria-kriteria yang didasarkan pada standard hasil yang semestinya dapat di capai menurut ketentuan target program umum sekolah yang telah di tetapkan bersama.
Kelemahan
1)    Proses pengambilan keputusan akan memakan waktu yang lebih banyak
2)    Sulitnya pencapaian kesepakatan
Kelebihan
1)    Dalam melaksanalan tugasnya, ia mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran – saran dari kelompoknya
2)    Ia mempunyai kepercayaan pula pada anggota – anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab
3)    Ia selalu berusaha membangun semangat anggota kelompok dalam menjalankan dan mengembangkan daya kerjanya dengan cara memupuk rasa kekeluargaan dan persatuan. Di samping itu, ia juga memberi kesempatan kepada anggota kelompoknya agar mempunyai kecakapan memimpin dengan jalan mendelegasikan sebagian kekuasaan dan tanggung jawabnya.

C.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemimpin Pendidikan
Ngalim Purwanto (2004) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi pemimpin pendidikan, berikut ini :
  1. Keahlian dan pengetahuan
Keahlian dan pengetahuan yang dimaksud disini adalah latar belakang pendidikan atau ijazah yang dimilikinya, sesuai tidaknya latar belakang pendidikan itu dengan tugas-tugas kepemimpinan yang menjadi tanggung jawabnya; pengalaman kerja sebagai pemimpin apakah pengalaman yang telah dilakukannya mendorong dia untuk memperbaiki dan mengembangkan kecakapannya dan kerampilannya dalam memimpin.
  1. Jenis pekerjaan atau lembaga tempat pemimpin itu melaksanakan tugas jabatannya.
Tiap organisasi atau lembaga yang tidak sejenis memiliki tujuan yang berbeda, dan menuntut cara-cara pencapaian tujuan yang tidak sama.
  1. Sifat-sifat kepribadian pemimpin
Kita mengetahui bahwa secara psikologis manusia itu berbeda-beda sifat, watak, dan kepribadiannya.
  1. Sifat-sifat kepribadian pengikut
Tentang sifat-sifat kepengikutan, yaitu mengapa dan bagaimana anggota kelompok menerima dan mau menjalankan perintah atau tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpin.


BAB III
PENUTUP

Kepemimpinan berdiri di atas dasar kepercayaan. Saat kepercayaan rapuh, maka pemimpinnya akan segera runtuh. Sama halnya dengan sebuah kepemimpinan dalam pendidikan yang berdiri atas dasar kepercayaan. Maka dari itu, hal yang paling mendasar dan terpenting ketika menjadi seorang pemimpin adalah memberikan kepada anggota atau bawahannya. Karena dengan cara seperti itulah seorang pemimpin akan disegani dan dihormati dalam sebuah organisasi. Biasanya tipe kepemimpinan seseorang tergantung pada gaya orang tersebut.
Carter V. Good memberikan pengertian yang lebih luas tentang apa sebenarnya hakikat kepemimpinan itu dalam dua batasan yang menurutnya, kepemimpinan tidak lain daripada kesiapan mental yang terwujudkan dalam bentuk kemampuan seseorang untuk memberikan bimbingan, mengarahkan dan mengatur serta menguasai orang lain agar mereka berbuat sesuatu, kesiapan dan kemampuan kepada pemimpin tersebut untuk memainkan peranan sebagai juru tafsir atau pembagi penjelasan tentang kepentingan, minat, kemauan cita-cita atau tujuan-tujuan yang diinginkan untuk dicapai oleh sekelompok individu.
Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan lembaga tersebut. Tipe kepemimpinan akan identik dengan gaya kepemimpinan seseorang melaksanakan suatu kepemimpinan. Berbagai gaya atau tipe kepemimpinan banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari–hari, termasuk di sekolah. Walaupun pemimpin pendidikan khususnya sekolah atau madrasah formal adalah pemimpin yang diangkat secara langsung baik oleh pemerintah maupun yayasan, atau melalui pemilihan.


DAFTAR PUSTAKA

Afifuddin, H. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung : Insan Mandiri.
Mulyasa, E. 2006. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Sutikno, Sobri. 2009. Pengelolaan Pendidikan. Bandung : Prospect.


1 komentar:

  1. Golden Nugget Casino & Hotel - MapyRO
    Golden Nugget Casino & Hotel. 777 Golden Nugget Blvd, Las Vegas, 인천광역 출장샵 NV, 청주 출장안마 89103. Get 김해 출장안마 Directions 제천 출장마사지 · (702) 770-7100. Directions · (702) 청주 출장안마 770-4100.

    BalasHapus